Kasta Sebuah Pergaulan (1)
Saat ini media sosial (medsos) banyak digunakan untuk
mencurahkan isi hati (curhat). Keluhan para netizen ini hampir sama, yakni
diomongkan orang. Lebih tepatnya digunjing. Digunjing teman, tetangga,
keluarga, hingga rekan sekerja.
Akibatnya, banyak orang mulai acuh dengan pertemanan. Mereka
menilai semua orang sama. Buruk semua. Di depan berlagak manis. Di belakang
menggunjing habis-habisan.
Itu membuat sebagian orang apatis dengan pertemanan. Orang
yang selama ini dianggap baik. Dianggap sahabat. Dianggap sudah seperti
keluarga ternyata menelikung di belakang. Menusuk dari belakang. Menggunting
dalam lipatan.
Semua itu membuat saya tergelitik ingin mengulas tentang
pergaulan hidup ini.
Saya mendapatkan ini dari berbagai literature. Setelah
saya otak-atik jadilah kesimpulan ini : pergaulan hidup memiliki tiga tingkatan.
Ada kenalan, teman, dan sahabat karib.
Pergaulan tidak bisa disamaratakan. Harus ada perbedaan.
Terutama perbedaan dalam memberikan sikap.
Misalnya bergaul dengan orang yang lebih tua harus
berbeda dengan bergaul dengan teman sebaya. Baik tutur kata maupun sikap kita.
Dalam adab Jawa kita malah diharuskan memakai bahasa kromo. Bahasa halus.
Itu berbeda dengan bergaul dengan orang seusia. Kita bisa
berbicara lebih leluasa. Bahkan, tidak jarang pakai bahasa yang lebih kasar.
Dalam situasi tertentu hal itu dianggap wajar dan lumrah.
Pergaulan dengan teman seusia juga harus dibedakan. Tidak
bisa disamaratakan. Bisa mencelakakan diri kita. Sebab, tidak mungkin Anda
menceritakan masalah pada sembarang orang. Bisa-bisa dapat masalah lain yang
lebih besar. Dibanding mendapatkan solusi. Mungkin niatnya mencari solusi. Tapi
bercerita pada orang yang salah bisa fatal akibatnya.
Kasta terendah dalam pergaulan adalah kenalan. Saya tidak
perlu menjelaskan terlalu panjang tahap ini. Kenalan adalah orang yang kita
kenal. Dan orang itu mengenal kita. Kalau hanya salah satu yang mengenal, belum
bisa disebut kenalan. Hanya kenal saja. Dia yang kenal Anda lebih banya,
artinya Anda terkenal.
Pada seorang kenalan kita tidak mungkin melakukan hal-hal
yang bersifat pribadi. Misalnya, pinjam uang. Atau minta tolong mencarikan
solusi atas masalah yang kita hadapi. Sebab, pada seorang kenalan ini Anda
mungkin hanya sesekali berkomunikasi. Mungkin sering bertemu tapi tidak begitu intens
berkomunikasi. Sekedar saling sapa. Saling tahu nama. Saling tahu pekerjaan. Dan
lain-lain. Tidak tahu terlalu dalam tentang pribadi masing-masing
Tidak perlu membatasi jumlah kenalan. Kita bisa
sebanyak-banyaknya menambah jumlah kenalan. Semakin banyak kenalan, akan
membuat kita juga dikenal banyak orang.
Tidak sulit mencari kenalan. Anda tinggal datang pada
orang itu. Kenalkan diri Anda, dia akan mengenalkan dirinya.
Namun, banyaknya kenalan ini tidak akan merubah apapun
pada diri Anda. Sebab, kenalan tinggal kenalan. Belum tentu seorang kenalan mau
membantu saat Anda butuh bantuan. Misalnya, saat butuh biaya beli obat tidak
mungkin seorang kenalan mau meminjami uang. Belum tentu juga Anda berani
berutang uang pada seorang kenalan. Meskipun kalian sudah saling mengenal.
Supaya kenalan bisa saling membantu. Maka, kenalan harus
naik tingkat. Menjadi teman. Pada bahasan berikutnya akan dibahas lebih jauh
tentang teman ini. (bersambung)
M. Nurkozim
Jurnalis
Media Cetak di Bojonegoro
Komentar
Posting Komentar