Bukan Agama Keturunan

Rasul mengajarkan pada kita bahwa Islam bukanlah agama keturunan. Islam adalah agama wahyu dari Allah SWT.

Setiap anak Adam akan menanggung sendiri dosanya. Bahkan, Nabi juga mewanti-wanti putrinya, Fatimah Azzahra agar tidak mengandalkan bapaknya sebagai Nabi untuk masuk surga. Sebab, Fatimah pun bisa masuk neraka jika dia tidak berman pada Allah dan Rasulnya.

Abu Thalib adalah paman Nabi Muhammad yang paling sayang pada Nabi. Bahkan, dia adalah pelindung Nabi dari mara bahaya ketika awal-awal berdakwah. Tapi Abu Thalib tidak mau mengakui ajaran Muhammad. Dia sayang pada Muhammad sebagai keponakan. Bukan sayang pada ajaran yang dia bawa. Bahkan, diakhir hayatnya pun Abu Thalib tidak mau mengucap syahadat. Itu membuat Nabi sedih.

Tapi apa mau dikata. Itulah hukum Allah. Islam bukan agama keturunan. Islam adalah agama Wahyu. Siapun bisa masuk Islam. Baik kulit putih maupun hitam. Dari keturunan apa saja jika mengucap syahadat bisa masuk Islam.

Islam sangat berbeda dengan agama Yahudi. Yahudi adalah adalah agama keturunan. Mereka yang saat ini beragama Yahudi berasal dari satu keturunan, yakni Nabi Yakub. Bisa dikatakan orang satu negara Israel adalah keturunan Nabi Yakub.

Hal itu membuat Yahudi sebagai agama eksklusif. Orang yang bukan keturunan Yakub tidak bisa masuk agama Yahudi.

Islam berbeda. Meskipun turun di tanah Arab, Islam bisa berkembang dimana saja. Bahkan, kesultanan terakhir Islam ada di Turki. Turki bukanlah Arab. Bahkan, ras turki lebih dekat pada kulit putih Eropa.

Saat ini muncul keturunan-keturunan Nabi di berbagai belahan dunia. Mereka memakai gelar tertentu yang menjadi ciri khas. Pandangan sebagian masyarakat pada keturunan nabi ini cenderung khusus. Mereka menganggap keturunan nabi adalah orang istimewa karena memiliki trah langsung darah dari nabi. Tidak sedikit yang memuja-muja.

Meskipun tidak sampai mengkultuskan, namun lama-lama sikap mengistimewakan itu bisa berubah arah. Tidak menutup kemungkinan bisa berubah mengkultuskan keturunan nabi. Ini tentu tidak diharapkan.  

Kita harus menanamkan dalam hati sanubari bahwa Islam bukanlah agama keturunan. Siapa saja bisa menjadi umat Islam yang taat meskipun bukan keturunan nabi. Bahkan, siapa saja bisa menjadi ulama meskipun bukan keturunan nabi. Bahkan, banyak yang bukan keturunan Arab tapi bisa menjadi ulama.

Di akhirat kelak yang dibawah bukan darah keturunan. Allah hanya akan menimbang manusia berdasarkan amal ibadahnya. Jika amal ibadahnya bagus akan masuk surga. Jika amak ibadahnya buruka akan masuk neraka. Bukan darah keturunan yang membawa anak Adam ke surga atau neraka.  (*)




 

Komentar

Postingan Populer